Senin, 18 April 2011

MENGATASI SHOCKBREAKER DEPAN BUNYI

Kalau sobat merasakan shok depan motor kesayangan sobat bunyi saat melindas lobang (atau lubang?) ah, bodo amat, yang penting jalan gak rata aja. Kalau mengalami yang demikian itu artinya shok depan motor sobat terlalu lemah. Biasa terjadi di motor Beat dan Supra 125. Sebenarnya hal ini gampang diatasi.

Hal semacam ini terjadi karena memang motor-motor tersebut dirancang untuk melibas jalan di Indonesia yang memang kebanyakan tidak rata, agar motor terasa senyaman mungkin, sehingga volume oli shok memang agak kurang. Tetapi seringkali hal ini malah membuat kita kurang nyaman. Setiap kali melibas lubang, walau tidak dalam bahkan jalan tidak rata sekalipun, shok berbunyi klok-klok yang cukup keras sehingga mengganggu telinga.

Untuk mengatasinya, oli shok harus ditambahkan masing-masing 10 cc dari volume aslinya yang 76 ml untuk Beat dan 72 ml untuk Supra 125 jenis apapun. Gunakan oli shok aslinya. Untuk mudahnya, bawa saja ke bengkel, minta ditambahkan  oli shoknya. Beres.

Kalau ingin mengerjakan sendiri sebetulnya agak repot. Begini. Buka shok depan dari motornya. Kalau sudah dilepas, buka penutup shok yang terletak di bagian atas. Kemudian tekan bagian dalam shok (seat b, spring) memakai obeng kembang besar, lalu congkel ring kecil (stopper) di dalamnya. Setelah ring terlepas, penutupnya (seat b, spring) akan terlepas. Hati-hati mengerjakanya karena bisa terlontar kalau tidak ditahan. Setelah itu tambahkan 10 cc oli shok standar. Kalau ingin mengganti olinya sekalian, buang saja oli lamanya, kemudian masukkan oli shok baru sebanyak 76 ml + 10 cc untuk Beat, atau 72 ml + 10 cc untuk supra 125. Jangan lebih karena dapat menyebabkan shok terlalu keras. Setelah beres, ulangi untuk shok yang sebelah lagi.

Tools yang diperlukan antara lain Obeng kembang besar, obeng min kecil (obeng seting gas), kunci ring 19, kunci ring 14, kunci sok 8.

Nah, semoga permasalahan sobat terselesaikan. Minimal sobat sekarang mengerti sebabnya, tak lagi gampang dibohongi mekanik dengan kerusakan ini itu.

Jumat, 01 April 2011

KARTU KREDIT, KEMUDAHAN YANG MENJEBAK

Kalau kita sempat membaca di surat kabar atau internet, banyak kejadian kriminal yang silih berganti terjadi di negara kita. Negara yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja. Makmur beneeerrr...(katanya). Setidaknya memang pernah begitu, dulu...duluuuu sekali....jaman Majapahit.

Edi Tansil, Gayus, Selly, Malinda, sampai koruptor kelas kutu kupret yang cuman korupsi lima ribuan, semua berlomba-lomba mengeruk untung sebanyak-banyaknya tanpa peduli bahwa uang yang mereka telan sebetulnya adalah hak si Ijah tukang jamu yang sehari-hari harus berjalan puluhan kilo demi puluhan ribu doangan, belum lagi kalau yang beli pakai pegang-pegang segala padahal cuman beli segelas jamu doang dua ribu perak. Juga tak peduli kalau uang yang mereka telan adalah kepunyaan si Budi kecil yang harus jualan koran untuk tetap bisa sekolah. Mereka telan juga hak anak-anak sekolah di daerah terpencil yang belajar di gedung sekolah yang hampir ambruk, bocor kalau hujan dan kelilipan debu kalau panas. Juga mengambil hak orang-orang pinggiran lainnya yang buat makan sehari sekali saja susahnya minta ampun, apalagi buat keperluan lain yang bagi kita mungkin hal yang biasa saja.

Mana peduli para koruptor tersebut, Tuhan saja mereka tidak ingat, apalagi orang-orang yang bagi mereka tidak ada artinya, yang sehari-hari dilirikpun tidak. Jangan salah. Yang saya maksud koruptor di sini bukan saja sekelas Gayus, Edi, dan konco-konconya sesama teman seperjuangan. Tetapi juga termasuk kita yang mungkin cuma pengin untung sedikit doang tapi dengan membohongi orang. Instrospeksilah diri kita, jangan sampai di akhirat kita sekamar dengan Gayus, amit-amit.

Masih ingat berita kemarin, seorang pengusaha digebukin Debt Collector sampai mati? Salah siapa? Si pengusaha mungkin salah karena tidak membayar tagihan yang jatuh tempo, tetapi kesalahan terbesar menurut saya ada di pihak Bank. Agen-agen mereka yang menawarkan kartu kredit pada kita kadang terlalu giat, sampai-sampai menawarkan untuk membuatkan slip gaji palsu untuk melengkapi persyaratan pembuatan kartu kredit.

Beberapa rekan mekanik sempat terjebak dan akhirnya tergiur memiliki kartu kredit. Bagaimana tidak, untuk memiliki kartu kredit mereka sangat dipermudah dan bahkan persyaratan yang diperlukan dibuatkan oleh pihak bank sendiri. Sesudah memiliki kartu kredit tentu rekan-rekan tergoda untuk membelanjakannya. Tentu saja enak, bisa belanja apa saja tanpa keluar duit. Sampai akhirnya pengeluaran sudah sangat jauh lebih besar daripada kemampuan untuk membayarnya.

Kalau sudah begini, kerja jadi ketakutan tiap saat. Setiap ada Debt Collector yang mencari, si pemilik tagihan harus selalu bersembunyi. Sialannya, yang menjadi Debt collector bukanlah orang yang sama yang dulu menawarkan kartu kredit sambil tersenyum ramah. Sekarang yang datang adalah orang lain yang bertampang galak, seram, jelek dan seterusnya yang semuanya tidak enak, pake bau asem lagi badannya.

Mestinya ada aturan di bank sendiri yang mengharuskan yang menjadi Debt Collector adalah mereka yang juga menawarkan pembuatan kartu kredit tersebut sehingga tidak seenak udelnya membujuk orang bikin kartu kredit tanpa peduli orang tersebut mampu membayar atau tidak.

Bagi sobat yang memiliki kartu kredit, berhati-hatilah memakainya, kontrol pengeluaran. Untuk yang belum memiliki kartu kredit, lebih baik urungkan niat untuk memiliki kartu kredit. Sehingga jika kita membeli sesuatu barang, kita masih merasakan mahalnya harga barang tersebut.